Akhlak yang terpuji merupakan tujuan
yang sangat mendasar . Al Quranul Karim penuh dengan ayat yang mengajak kepada
akhlak yang terpuji dan menjelaskan bahwa tujuan utama Allah mengangkat manusia
sebagai khalifah hanyalah untuk memakmurkan dunia dengan kebaikan dan
kebenaran. Firman Allah SWT: “ Yaitu orang - orang yang kami teguhkan
kedududkan merka di muka bumi, niscaya mendirikan shalat, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan mungkar dan kepada Allah lah
kembalinya segala urusan.” (QS. Al. Hajj :41)
Akhlak terpuji dalam islam juga merupakan
nilai ibadah dan menjadi amal yang sangat berat timbangannya di hari kiamat.
Adapun akhlak yang terdapat dalam alquran dan al sunnah antara lain:
Akhlak Adil
Adil merupakan perintah Allah yang tertuang dalam QS. An Nahl :90
yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil, berbuat
kebajikan, dan memberi kepada kaum kerabat”.
Allah SWT juga menyebutkan bahwa Dia
mencintai orang - orang yang adil. “ Sesungguhnya Allah menyukai orang yang
berlaku adil”. (QS. ALl Mumtahanah :8).
Adil adalah memberikan stiap hak kepada
pemiliknya tanpa memihak, membeda - bedakan diantara mereka atau
bercampur tangan yang diiringi dengan hawa nafsu. Kebalikan dari adil adalah
curang atau zalim.
Adil itu banyak bentuknya antara lain:
Adil kepada Allah SWT, tidak
menyekutukan-Nya dengan apapun dalam ibadah dan sifat - sifat-Nya, Menaati dan
tidak maksiat kepada-Nya, mengingat dan tidak melupakan-Nya dan bersyukur serta
tidak ingkar kepada-Nya
Adil dalam menghukum setiap orang, yakni
memberikan setiap hak kepada pemiliknya
Adil dalam berkata, yakni tidak bersaksi
palsu dan tidak berkata dusta atau kotor.
Adil kepada para istri dan anak - anak,
tidak condong kepada salah seorang dari mereka atau kepada sebagian anak.
Adil dalam itikad, tidak meyakini selain
yang benar dan tidak menyanjung sesuatu di luar fakta yang sebenarnya.
Akhlak Ihsan
Ihsan (berbuat baik) adalah ikhlas dalam
beramal shaleh yang sebaik - baiknya tanpa diiringi dengan riya’
atau sum’ah (sum’ah : Ingin kedengaran orang lain dalam hal beramal).
Seorang muslim tidak memandang ihsan
sebagai akhlak terpuji saja tetapi juga bagian dari aqidahnya. ikhsan dalam
pergaulan adalah bergaul yang baik dengan semua orang.
Akhlak kasih sayang
Kasih sayang merupakan akhlak
terpuji yang melembutkan akhlak tercela seseorang, berusaha menghilangkannya
dan menyesali kesalahan - kesalahannya. Kasih sayang merupakan sifat Allah SWT
dan salah satu Asma Ul Husna Allah SWT yaitu yang maha pengasih lagi maha
penyayang.
Adapun tempat tumbuhnya Kasih sayang
adalah dari kesucian diri dan ruh. ketika ia beramal saleh, menjauhi keburukan
dan tidak berbuat kerusakan merupakan proses penyucian diri dan ruhnya. Barang
siapa yang membiasakan hal tersebut maka kasih sayang tak akan lepas dari
hatinya.
Akhlak Malu
Kata malu dalam Bahasa Arab adalah al
haya yang berarti hidup. Hati yang hidup tentu orangnya pemalu karena
ia mencegah setiap keburukan yang meusak hati itu sendiri.
Aisyah ra. berkata, “Akhlak yang mulia itu
sepuluh: berkata jujur, lisan yang jujur, menunaikan amanah, silaturrahmi,
memberi upah buruh, memberi kebajikan, tidak menjelekkan tetangga, tidak
menjelekkan teman, menghormati tamu. Dan pangkal dari semua ini adalah malu”.
Malu merupakan akhlak yang paling menonjol
dan paling berperan dalam menjaga diri dari segala keburukan. Para ulama
mengatakan, “ Sebenarnya malu itu akhlak yang mengekang perbuatan buruk dan menjauhkan
diri dari merampas hak orang lain”.
Akhlak Menjaga Kehormatan
Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa
yang menjaga kehormatan, ia akan dijaga kehormatannya oleh Allah, barangsiapa
yang merasa cukup, ia akan dicukupkan oleh Allah dan barangsiapa yang sabar, ia
akan diberi kesabaran oleh Allah”.
Orang yang tidak dapat menjaga
kehormatannya, memperturutkan hawa nafsu dan hidup untuk bersenang - senang
saja, umumnya hanya hidup untuk dunia saja.
Sebagaimana menjaga kehormatan itu dalam
hal menahan hawa nafsu, maka menjaga kehormatan juga dalam hal materi. Dari itu
Allah SWT memerintahkan kita agar infaq jangan terdorong oleh hawa nafsu dan
riya’ tetapi ikhlas demi mencari keridhaan-Nya terutama ketika memberi orang
yang meminta - minta.
Akhlak Jujur
Jujur yaitu mengatakan sesuatu apa
adanya. Jujur merupakan akhlak terpuji yang paling penting serta
memerlukan kesungguhan untuk teguh kepadanya. Allah SWT telah menciptakan
langit dan bumi dengan jujur dan menyuruh manusia membangun hidup mereka di
atas kejujuran. Karena itu, manusia jangan berkata atau berbuat kecuali yang
jujur.
Jatuhnya manusia adalah hilangnya sifat
jujur dan larut dalam dusta serta prasangka yang menjauhkan mereka dari dari
jalan lurus. Karena itu, berpegang teguh kepada kejujuran dalam setiap
perkataan dan perbuatan merupakan jantung akhlak seorang muslim dan symbol
keteguhan budi pekerti secara lahir batin.
Tanpa kejujuran, mustahil ilmu tertinggi
dapat dicapai terutama jujur pada diri sendiri. Jujurlah kalau kita tidak
tahu atau belum tahu. Ternyata tipe kejujuran setiap orang bervariasi:
Ada orang yang tidak tahu bahwa ia tahu.
Biasanya orang ini tidak mau tau kalu diberi tahu, sok tahu, seolah - olah ia
lebih tahu padahal ia tidak tahu.
Ada orang yang tahu bahwa ia tidak tahu
sehingga tipe orang seperti ini akan lebih mudah diberi tahu.
Ada orang yang tahu bahwa ia tahu. Dia
adalah orang cerdas yang punya potensi yang dimilikinya dan dapat membagi
pengetahuannya kepada orang lain yang belum tahu.
Adapun hikmah berbuat jujur adalah :
Menentramkan hati
Meraih kedudukan orang syahid. Rasulullah
SAW bersabda: “Barang siapa yang meminta syahid kepada Allah dengan jujur maka
Allah akan menaikkannya ke tempat para syuhada’ meskipun mati di tempat
tidurnya”.
Mendapat keselamatan.
Akhlak Amanah
Amanah menurut syari’ah adalah menyimpan
rahasia, menyampaikan hasil musyawarah kepada anggota secara murni dan
menyampaikan secara jujur apa - apa yang dititipkan oleh orang lain. Adapun
hikmah bersikap amanah adalah :
Orang yang amanah itu dicintai oleh Allah
SWT dan Rasul-Nya
Allah menyediakan pahala yang besar bagi
yang manah yaitu surga firdaus.
Membawa kepercayaan, ketentraman di tengah
- tengah masyarakat, dan memperkokoh tali persaudaraan dan tolong menolong di
antara mereka.
Akhlak Sabar
Sabar atau tahan dengan berbagai cobaan
Allah serta hanya mencari ridha-Nya atau sabar adalah kondisi dalam diri atas
sesuatu yang tak diinginkan dengan rela dan berserah. Sabar merupakan akhlak
terpuji yang diperlukan seorang muslim dalam menjalankan agama dan dunianya.
Karena itu ia mesti tahan dengan berbagai penderitaan tanpa harus merintih.
Macam - macam orang sabar :
Kelompok taqwa dan Sabar; mereka adalah
orang yang diberi nikmat oleh Allah SWT yakni yang berbahagia di dunia dan
akhirat.
Kelompok takwa tidak sabar; mereka ini
adalah orang yang melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan,
tetapi jika mendapatkan cobaan seperti sakit, mereka mengeluh.
Kelompok sabar tidak takwa; mereka orang -
orang jahat yang sabar atas kejahatan mereka, mialnya para pencuri yang terus
menerus mengambil harta haram.
Kelompok yang paling buruk, yaitu tidak
bertakwa meski kuat melakukannya dan tidak bersabar jika mendapat ujian. Mereka
itu termasuk kelompok yang disebutkan Allah SWT dalam firmannya :
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir”. (QS. Al Maarij:19-21).
Akhlak Tawadhu
Tawadhu atau rendah hati atau perasaan
lembut yang dapat memperkokoh persaudaraan sesame manusia. Kebalikan dari
Twadhu adalah sombong. Allah SWT berfirman :
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
ini dengan sombong karena sesungguhnya kamu sekali - kali tidak dapat menembus
bumi dan sekali - kali kamu tak dapat setinggi gunung”. (QS. Al Israaa: 37).
Berdasarkan ayat tersebut di atas sudah
dijelaskan bahwa orang - orang yang sombong tidak akan mendapat kedudukan
yang tinggi. Adapun sifat tawadhu adalah:
Jika seorang berdiri untuk orang alim
serta terhormat atau seorang tua renta dan mempersilahkannya duduk, maka ia
telah bersifat tawadhu
Jika seorang berdiri untuk orang biasa
atau teman lalu memberinya kabar gembira, senyum dan lemah lembut bicara
kepadanya serta tak merasa lebih baik darinya maka hal ini merupakan sifat
tawadhu.
Jika mengunjungi orang di bawahnya
kemudian membawa orang itu bersenang senang lalu membantu keperluannya.
Jika duduk bersama dengan orang fakir,
sakit dan cacat, kemudian menghadiri undangan mereka serta makan bersama
mereka.
Jika seseorang makan dan minum tidak
berlebihan, berpakaian tidak sombong tetapi menurut kemampuannya. Rasulullah
SAW bersabda: “Barangsiapa yang memakai bajunya dengan sombong, Allah tidak
akan melihatnya.”
Akhlak pemaaf
Allah SWT berfirman dalam QS. Al Hijr: 85
“Maka maafkanlah (mereka ) dengan cara yang baik”.
Memaafkan adalah merelakan tanpa menegur.
”Dan orang - orang yang menahan marahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah
menyukai orang - orang yang berbuat kebajikan”.(QS. Ali Imran: 134). Jadi,
memaafkan itu berkaitan dengan menahan marah dan berbuat kebajikan. Tak ada
yang lebih menentramkan diri dan menenangkan pandangan kecuali hati yang damai
serta jauh dari dengki. Sedangkan hati yang tidak mau memaafkan akan dipenuhi
dengan rasa dendam yang dapat membutakan segala kebaikan dan memperbesar
keburukan.
Pada dasarnya, memaafkan itu adalah
bersabar jika seorang diganggu orang lain kemudian tidak membalas gangguan
tersebut kecuali dengan kebaikan dan tidak marah karena hawa nafsunya
selama ia berada di jalan yang benar serta mencari ridha Allah SWT.
Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Taat dan patuh kepada kedua orang
tua meupakan salah satu kewajiban utama dalam taqarrub kepada Allah Swt dan
durhaka kepada keduanya merupakan dosa besar. Keduanya merupakan mata rantai
Pertama yang menyebabkan kehadir5anmu di muka bumi ini. Keduanya mengasuh,
mengajar dan mendidik. Tengah malam yang larut dan dingin ibu mengganti baju
yang basah, mendekap memberikan kehangatan dan mengajarmu penuh sabar. Ayah
bermandikan keringat mencari nafkah untuk kelangsungan dirimu tanpa keluh kesah
keluar dari bibirnya. Lalu pantaskah kitakalau kita mengabaikan dan menyia-
nyiakan kasih sayang. Pantaskah engkau membiarkan keduanya hidup susah
sepanjang hayatnya tanpa ada yang memelihara dan menyantuni keduanya. Besar dan
tulusnya pengorbanan serta kasih sayang dari beliau tak dapat diukur oleh
sesuatu apapun.
Nabi Besar Muhammad SAW bersabda “Takwalah
kepada Allah, tegakkanlah sholat, keluarkanlah zakat, tunaikan haji dan
umrah, berbaktilah kepada ayah ibumu, peliharalah hubungan baik dengan
kerabatmu, hormati tamumu, menganjurkan orang berbuat ma’ruf dan mencegah
mereka berbuat kemungkaran” (H.R.Abu Yu’la dan At Thabarani dalam Al Kabier)
Berbakti dan berbuat baik kepada kedua
orang tua, menyayangi, mendoakan, taat dan patuh pada apa yang mereka
perintahkan, melakukan hal yang mereka sukai dan meninggalkan apa yang mereka
tidak sukai disebut Birrul Walidain . Birrul Walidain adalah hak kedua
orang tua yang harus dilaksanakan oleh anak sesuai dengan rambu - rambu islam
sepanjang perintah tersebut tidak menganjukan hal yang dibenci oleh Allah SWT.
Adapun perintah orang tua yang menyimpang dari aturan Allah SWT tidak
wajib dipatuhi oleh anak. Orang tua yang berani menghalalkan yang haram dan
mengharamkan yang halal berarti telah menyimpang dari islam sehingga anak
dibolehkan melawan perintahnya.
Seorang anak yang berbakti kepada kedua
orang tuanya dan memandang kepada keduanya dengan pandangan rahmat dan penuh
kasih sayang maka Allah SWT memandang kepadanya dengan pandangan senilai dengan
satu kali haji mabrur. Selain itu, seorang anak wajib mendoakan ibu bapaknya
lima kali dalam sehari, maka ia telah menunaikan kepada keduanya. Allah SWT
berfirman dalam Al Quran surat Lukman:14 yang artinya” Hendaklah kamu bersyukur
kepadaku dan kepada orang tuamu, hanya kepadakulah semua akan kembali.
Manifestasi rasa syukur seorang hamba
terhadap Allah SWT adalah Shalat lima waktu , mendoakan dan memohon
rahmat dan ampunan bagi kedua orang tua. Hadist Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Tsaubah ra. ”ada tiga kelompok orang yang tidak diterima amal
perbuatannya yaitu: Orang yang menyekutukan Allah, anak yang durhaka terhadap
kedua orang tuanya dan mujahid yang lari dari medan perang.